Detik-detik saat Panglima Besar Soedirman meninggalkan Desa Pakis untuk kembali ke Yogyakarta
Lelaki bertubuh ringkih itu terdiam sejenak. Usai terbatuk-batuk, ia lantas menatap surat yang sedang dibacanya. Sesekali ia meninggalkan barisan huruf dihadapannya. Matanya menerawang. Tak ada niat dalam hatinya untuk turun ke kota. Selain tak tega kepada puluhan ribu prajuritnya yang saat ini masih berjuang di gunung-gunung dan hutan-hutan, secara pribadi ia tak pernah menaruh kepercayaan lagi kepada niat baik musuhnya: Belanda.
Namun permintaan di surat tersebut sungguh membuatnya gelisah. Memang benar Kolonel Gatot Soebroto secara hirarki adalah bawahannya. Tapi dari pengalaman hidup, jelas ia melebihinya. Ia pun mengenal dirinya seperti dia pun mengenal Gatot Soebroto.”…tidak asing lagi saya, tentu saya juga memiliki pendirian begitu, semuanya Tuhan yang menentukan, tetapi sebagai manusia, kita diharuskan ikhtiar. Begitu juga dengan adikku, karena kesehatannya terganggu harus ikhtiar. Mengaso sungguh-sungguh, jangan mengaleh apa-apa.Laat alles wanier. Ini supaya jangan mati konyol, tetapi supaya cita-cita adik tercapai. Meskipun buahnya tidak turut memetik, melihat pohonnya subur, kita merasa gembira dan mengucapkan terimakasih kepada Yang Maha Kuasa. Ini kali, saya selaku suadara tua dari adik, minta ditaati…”
Panglima kurus itu menghela nafas. Dia bisa saja melupakan lambaian Sukarno untuk turun gunung. Tapi menafikan ajakan Sri Sultan dan Kolonel Gatot, rasanya ia tak berdaya. Dalam hatinya, dua manusia itu memiliki tempat tersendiri dan ia sangat hormat dengan pandangan-pandangan mereka berdua.
“Noly!”
“Siap Pak De!”jawab sekretaris Panglima Besar itu
“Saya besok mau turun ke kota. Siapkan semuanya, termasuk pamitan kita kepada Kang Lurah Pakis di sini…” ujar Soedirman dalam nada datar.
Kapten Tjokropanolo alias Noly ragu sejenak. Mungkinkah ini? Bukankah baru beberapa hari lalu, Panglima Besar menggerutu kepadanya soal rencana akan diadakannya kembali perjanjian damai antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda? Namun melihat kesungguhan di mata atasannya, tanpa banyak cakap ia pun bergegas untuk menyiapkan semuanya.
No Comments so far
Jump into a conversationNo Comments Yet!
You can be the one to start a conversation.