HIKAYAT NUSANTARA

Pembersihan Pasca Peristiwa Tanjung Priok

NERAKA itu menghampiri A.M. Fatwa tepat seminggu setelah insiden berdarah di Tanjung Priok. Didampingi pengacaranya, lelaki asal Bone tersebut tengah diperiksa polisi ketika beberapa petugas dari Satuan Intel (Satuan Tugas Intelijen Khusus ABRI) langsung menyeretnya. “Pengacara saya diancam saat akan mendampingi saya,” ujar Fatwa. Fatwa dibawa ke markas CPM di Jalan Guntur, Jakarta. Dia diperlakukan tanpa mengenal kemanusiaan: dipukuli, disimpan dalam sel penuh air kencing, dihina dan dilarang mengaji serta salat lima waktu. Setelah puas memperlakukannya secara biadab, Satsus Intel membawa Fatwa dengan tangan terbelenggu ke Rumah Tahanan Militer Cimanggis, Depok. “Di sanalah saya bergabung dengan sekitar 200 orang tahanan kasus Tanjung Priok yang kebanyakan menderita luka-luka akibat tembakan,” tutur

Read More

Peristiwa Lengkong dan Gugurnya Mayor Daan Mogot

Layaknya sebuah pekuburan, suasana sepi begitu terasa ketika memasuki Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Tangerang Selatan. Dedaunan yang gugur memenuhi sebagian areal makam. Diatas ke-48 makam tersebut disemat sebuah topi baja putih milik para pahlawan. Ke-48 makam yang terdapat di TMP Taruna ini merupakan pasukan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan taruna muda dari Akademi Militer (Militaire Academie) Tangerang dibawah pimpinan Mayor Daan Mogot. Ketika gugur, Mayor Daan Mogot baru berusia 17 tahun dan sedang melaksanakan tugas di Desa Lengkong, Tangerang Selatan. Peristiwa memilukan itu dikenal dengan sebutan Tragedi Lengkong. “Ini makam Daan Mogot dan para taruna. Mereka pahlawan di perang Lengkong dulu,” kata Jari, 52 tahun, juru makam di TMP

Read More

Bila Kolera Menyerang Batavia

Wabah difteri melanda tanah air pada penghujung 2017. Penyakit epidemi yang ditandai gejala peradangan saluran pernafasan dan demam ini lebih rentan menyerang anak-anak. Sebanyak 28 provinsi terjangkit wabah difteri, tak terkecuali Jakarta. Karena masifnya penularan dan besarnya jumlah korban meninggal, Kementerian Kesehatan menetapkannnya dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB). Pemerintah bahkan sampai mengeluarkan himbauan agar anak-anak divaksin difteri. Kejadian serupa juga pernah terjadi di Jakarta kala masih bernama Batavia. Pembunuhnya bernama bakteri kolera (cholera asiatica). Orang awam lebih mengenalnya dengan sebutan “muntaber” (muntah berak). Menurut buku Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia yang diterbitkan Departemen Kesehatan, penyakit kolera mulai dikenal pada 1821. Penyakit yang menyerang usus besar ini ditandai dengan gejala

Read More

Air Mata Bung Karno di Tanah Rencong

Sebagai upaya untuk memperkuat perlawanan terhadap Belanda, pada Juni 1948, Presiden Sukarno melakukan muhibah ke Aceh. Di ranah rencong tersebut, Sukarno disambut gempita oleh rakyat Aceh dan didapuk sebagai pemimpin oleh para tokoh setempat. Dalam sebuah pertemuan dengan Tengku Daud Beureuh, Sukarno berharap agar tokoh terkemuka Aceh itu mengajak rakyatnya dalam perjuangan melawan Belanda. Daud Beureuh menyambut ajakan Sukarno dengan senang hati. Dia menyatakan sanggup memenuhi permintaan tersebut asal perang dikobarkan adalah perang sabil, perang untuk menegakkan agama Allah. “…Sehingga kalau ada di antara kami yang terbunuh dalam perang itu, maka kami berarti mati syahid,” ujar Daud Beureuh dalam Kisah Kembalinya Tengku Muhammad Daud Beureueh ke Pangkuan Republik Indonesia (1979)

Read More

KAMP DI ATAS CIRANCA (Tapak-tapak kelam penumpasan gerakan Darul Islam)

SIANG belum mencapai puncaknya, saat mobil yang kami tumpangi menaiki sebuah dataran tinggi di Ciranca, sebuah kampung kecil yang terletak sekitar 80 km dari pusat kota Tasikmalaya. Suasana sunyi. Pohon-pohon besar berderet di sepanjang jalan kampung yang berbatu, seolah pelindung area tersebut dari sengatan cahaya matahari yang saat itu tengah mencorong garang. Sejenak Muhajir Salam, sejarawan muda asal Tasikmalaya, mengamati situasi. “ Sebentar lagi kita akan sampai…” ujar lelaki kelahiran tahun 1981 itu. Tepat di sebidang tanah datar, mobil berhenti. Kami turun hampir bersamaan. Sementara saya menyiapkan kamera, Muhajir melangkah menuju sebuah pohon bunga Wera yang nampaknya sudah berusia puluhan tahun. Sekitar satu meter dari pohon itu, ia pun berhenti

Read More

Misi Culik Petinggi Republik

Yogyakarta, Maret 1948. Perintah itu datang begitu tiba-tiba. Selaku komandan pasukan yang saat itu ada di bawa wewenang Daerah Militer II, Kapten Solichin G.P. diinstruksikan oleh Gubernur Militer Wilayah II Kolonel Gatot Soebroto dan Menteri Negara Republik Indonesia Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menculik seorang professor berinisial OE. “ Orang ini kata Pak Gatot dicurigai akan “mengacaukan” rapat Komisi Tiga Negara yang beberapa hari lagi akan diadakan di Kaliurang,” ujar Komandan Kompi 5 Yon Nasuhi (masuk Divisi Siliwangi) itu. Kapten Solichin lantas membentuk satu tim kecil untuk melaksanakan tugas tersebut. Mereka terdiri dari prajurit-prajurit andal dari Kompi 5, yakni Karli Akbar Yoesoef (komandan regu) Den Ucen, Ewiw, Ulo alias Surya

Read More

SEORANG KOMANDAN BERNAMA ISMAN

Bertempat di Istana Negara, pada 5 November 2015, Presiden Joko Widodo telah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada lima orang yang dianggap berjasa dalam pendirian negara ini. Dari kelima orang itu tersebutlah nama Mayor Isman alias Mas Isman. Siapakah dia? Isman adalah salah seorang pemuda idealis di zamannya. Ketika militer Inggris menyerbu Surabaya, ia meninggalkan kehidupan sehari-harinya guna mempimpin perlawanan ratusan anak-anak muda pelajar di Surabaya. Dalam buku Rakyat Jawa Timur Mempertahankan Kemerdekaan (Bagian I) karya Dra. Irna H.N. Hadi Soewito disebutkan bahwa kelompok perlawanan kaum pelajar itu mengambil sebuah gedung di Jalan Darmo No.49 sebagai markas besarnya. “ Makanya kelompok itu dikenal sebagai BKR (Badan Keamanan Rakyat) Darmo…” tulis Irna.

Read More

30 Oktober 1946, Uang Kertas Bergambar Bung Karno Resmi Beredar

Oeang Republik Indonesia atau ORI adalah mata uang pertama yang diterbitkan Republik Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka. Resmi beredar pada 30 Oktober 1946, ORI tampil dalam bentuk uang kertas bernominal Rp 100 bergambar Bung Karno. ORI ditandatangani Menteri Keuangan saat itu A.A. Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. ORI pertama dicetak oleh Percetakan Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna dan memakai pengaman serat halus. Presiden Soekarno menjadi tokoh yang paling sering tampil dalam desain uang kertas ORI

Read More

BAMBU RUNCING, DARI TAHI KUDA HINGGA RAPALAN DOA

Sjafta (90) masih ingat kejadian 68 tahun lalu itu. Di pagi hari yang dingin, bersama 18 orang kawan-kawannya mereka mengendap-endap di suatu bukit hijau yang mengapit jalan setapak, rute yang dikatakan telik sandi kesatuannya, akan dilewati patroli militer Belanda. Tak ada senjata api kecuali stengun yang dipegang Letnan Anwar (itupun pelurunya terbatas). Semuanya masing-masing hanya memegang sebilah bambu runcing yang dibuat mendadak di hutan Caringin (terletak di tenggara Cianjur) malam harinya. Satu menit, lima menit, seperapat jam, setengah jam waktu terus berlalu dalam sunyi dan tarikan nafas mereka yang tertahan. Suasana tegang mencekam. Begitu waktu satu setengah jam berlalu, dari kejauhan tiba-tiba terdengar suara orang-orang berbicara dalam bahasa Belanda. Rupanya

Read More

Yang Tersisa dari Rawagede 1947

Bagaimana para saksi sejarah sebuah pembantaian massal coba berdamai dengan trauma masa lalu mereka HAWA panas menyengat kawasan Pantai Sadari Karawang siang itu. Deretan pohon bakau melambai-lambai disapa angin. Suara debur ombak pantai utara terdengar lembut bersanding dengan bau anyir ikan dari arah kampung nelayan setempat. Di sebuah rumah usang nan rombeng dekat pantai, seorang perempuan uzur tertatih-tatih menyambut kedatangan saya dan dua kawan dari Historika Indonesia: Imam Rachmadi dan Abdul Basyit. Tubuhnya bergetar karena pengaruh usia. “Hati-hati Nek…” ujar saya seraya memapah tangan kanannya. “Kita bicara di depan saja, jangan di sini, gelap…” jawabnya dalam bahasa Sunda berlogat pesisir. Wanti adalah salah satu janda korban pembantaian militer Belanda di

Read More