BINCANG

Prof. Dr. Anhar Gonggong : Kita Amnesia Sejarah, Pancasila Masih Sebatas Slogan

Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah titik kulminasi perjuangan bangsa untuk membentuk negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat. Munculah semangat nasionalisme, persatuan-kesatuan diikat oleh dasar Pancasila. Lahirnya Pancasila, diambil dari pidato Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Junbi Cosakai) pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidato itulah konsep dan rumusan awal Pancasila pertama kali dikemukakan sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Namun, sepanjang sejarah, Pancasila selalu diuji, dirongrong oleh berbagai ideologi lain. Tetapi Pancasila selalu tegar dikukuhkan faktor sejarah satu tanah air, satu bahasa, satu bangsa. “Bangsa ini seringkali mengalami amnesia sejarah. Kemerdekaan di tahun 45-an berhasil ditegakkan, tetapi perjuangan kita belum usai. Justru saat menjadi bangsa merdeka itulah

Read More

Agus Sunyoto: Mitologisasi Wali Songo itu Ulah Belanda

Usai menamatkan buku Ensiklopedia Islam, hati Agus Sunyoto tiba-tiba tersentak. Dalam buku yang diterbitkan oleh Ikhtiar Baru Van Houve tersebut, ia sama sekali tak menemukan satu pun kata yang menyebut Wali Songo. Ingatannya kemudian melayang kepada sebuah buku lain berjudul Walisanga Tak Pernah Ada? karya Sjamsudduha, yang pernah dibacanya beberapa waktu sebelumnya. “Saya pikir adalah ahistoris, kalau ndak mau saya bilang naif, saat kita membahas perkembangan Islam di Indonesia, sama sekali tidak menyebut nama Wali Songo”, ujar sejarawan kelahiran Surabaya, 57 tahun yang lalu itu. Istilah wali songo memang kadung dimengerti oleh sebagian besar masyarakat Islam Indonesia hanya sebagai mitologi. Itu setidaknya tercermin dari cerita-cerita yang berserakan di kalangan masyarakat yang hanya mengidentikan

Read More

Herman O. Lantang: Soe Hok Gie Tidak Suka Pengkultusan

DI USIANYA  yang sudah melebihi angka 70, Herman Onesimus Lantang masih terlihat segar dan bersemangat. Maklum, lelaki Minahasa yang memiliki sorot mata tajam itu, hingga kini masih betah mengakrabi hobinya di masa muda: naik gunung. Bahkan bukan saja dalam aktivitas, gaya bicara opa satu ini masih meledak-ledak, cuek dan egaliter, sebuah sikap khas aktivis pecinta alam. Herman memang tidak setangkas dulu lagi. Jalannya sekarang agak pelan. Dalam sebuah pendakian beberapa waktu lalu, ia jatuh hingga menyebabkan kaki sebelah kirinya patah. “Ya beginilah gua sekarang, sementara ini kemana-mana harus pake tongkat,” kata mantan Ketua Mahasiswa Pecinta Alam UI dan bekas Ketua Senat Fakultas Sastra UI era 60-an itu. Banyak orang mengatakan,

Read More

Prof.Aiko Kurasawa (2): Jepang Berubah Setelah Sukarno Hina AS

Wawancara bagian ke-2 arsipindonesia.com dengan Prof. Aiko Kurasawa, indonesianis asal negeri sakura PASCA berakhirnya Perang Dunia ke-2, hubungan Indonesia-Jepang bisa dikatakan sempat mengalami kevakuman. Kontak mulai kembali dilakukan pada 1951, saat dunia bisnis Jepang mulai membicarakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembangkan industri Indonesia dan guna mengimpor sejumlah komoditi kekayaan alam Indonesia yang diperlukan Jepang untuk pembangunan negaranya pasca perang. Pembicaraan resmi pertama antara kedua negara terjadi Tokyo pada Desember 1951 terkait pampasan perang. Perundingan tersebut berlangsung alot hingga 6 tahun kemudian kedua pihak menyepakati jumlah 223,08 juta dollar AS sebagai kompensasi. “ Pampasan perang itu dibayarkan selama periode 12 tahun dalam bentuk barang modal dan jasa…”tulis Masashi Nishihara dalam The

Read More

Prof.Aiko Kurasawa: Orang-orang Jepang Dukung Kemerdekaan Indonesia

Paparan menarik mengenai peran Jepang di Indonesia (1910-1967) dari seorang indonesianis asal negeri matahari terbit tersebut KENDATI lahir dan tumbuh sebagai orang Jepang, Aiko Kurasawa (67) berpendapat bahwa apa yang pernah dilakukan oleh bala tentara Jepang pada 1942-1945  tetap namanya sebagai suatu kejahatan kemanusiaan. Alih-alih mencari pembenaran atas luka sejarah yang pernah ditimbulkan oleh negaranya kepada sesama bangsa Asia (termasuk Indonesia), ia justru menyayangkan hingga kini tak ada ketegasan dari pemerintah Jepang terkait  soal tersebut. “Permintaan maaf memang pernah ada, tapi selalu tak jelas. Artinya ketika itu dinyatakan oleh satu pemerintahan di Jepang, maka kekuasaan berikutnya yang dipegang oleh partai yang berbeda  selalu akan menganulirnya. Ini kan namanya abu-abu, sangat

Read More

Peter Carey: Diponegoro itu Seorang yang Terbuka dan Humoris

Orang Indonesia kadung melihat Sang Pangeran Jawa itu sebagai sosok serius, alim dan mungkin sedikit kaku. Namun di mata sejarawan Inggris tersebut, Diponegoro justru merupakan sosok yang menarik dan sangat manusiawi. PETER CAREY tak menduga ketertarikannya terhadap Revolusi Prancis ternyata berujung kepada sosok Pangeran Diponegoro. Ceritanya, suatu hari di awal tahun 1970-an, ia tengah mengaduk-aduk dokumen lama terkait pengaruh revolusi Prancis terhadap negeri-negeri luar Prancis di  sebuah museum di Belanda. Tiba-tiba matanya terbentur kepada sebuah litograf yang memuat sosok Pangeran Diponegoro yang sedang diiringi oleh para prajuritnya. “Sekonyong-konyong saya merasa penasaran dan tertarik kepada sosok lelaki berwajah mistis tersebut. Seperti ada sebuah misteri yang harus saya pecahkan,” ujar sejarawan terkemuka

Read More