Archive
Rekam Jejak Desersi Nippon
Sebuah memoir pertama dari seorang tentara Jepang yang memilih berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Sarat dengan kisah-kisah kepahlawanan yang membahana. Tahun 2001, dunia sinema tanah air pernah diramaikan dengan munculnya Merdeka 170845. Film yang merupakan produksi bersama Tokyo Film Production dan Rapi Film itu, berkisah tentang dua serdadu Jepang yang membelot dan berpihak kepada perjuangan orang-orang Indonesia. Namun di tanah air sendiri, peredaran film tersebut justru terjegal. Pemerintah Indonesia tidak berkenan karena menilai beberapa adegannya merendahkan harga diri bangsa. Dan belakangan banyak juga kritikus film curiga, Merdeka 170845 tak lebih sebagai upaya membangkitkan kembali semangat chauvinism oleh kelompok kanan di Jepang. Kini sesudah sepuluh tahun terjegalnya Merdeka 170845, kisah yang sama
Read MoreAgus Sunyoto: Mitologisasi Wali Songo itu Ulah Belanda
Usai menamatkan buku Ensiklopedia Islam, hati Agus Sunyoto tiba-tiba tersentak. Dalam buku yang diterbitkan oleh Ikhtiar Baru Van Houve tersebut, ia sama sekali tak menemukan satu pun kata yang menyebut Wali Songo. Ingatannya kemudian melayang kepada sebuah buku lain berjudul Walisanga Tak Pernah Ada? karya Sjamsudduha, yang pernah dibacanya beberapa waktu sebelumnya. “Saya pikir adalah ahistoris, kalau ndak mau saya bilang naif, saat kita membahas perkembangan Islam di Indonesia, sama sekali tidak menyebut nama Wali Songo”, ujar sejarawan kelahiran Surabaya, 57 tahun yang lalu itu. Istilah wali songo memang kadung dimengerti oleh sebagian besar masyarakat Islam Indonesia hanya sebagai mitologi. Itu setidaknya tercermin dari cerita-cerita yang berserakan di kalangan masyarakat yang hanya mengidentikan
Read MoreJurnalis Dunia dalam Revolusi Indonesia
Kecamuk perang yang melanda Indonesia pada 1945-1949, tak lepas mengundang kehadiran para jurnalis untuk meliputnya. Dari Indonesia sendiri hadir Rosihan Anwar dan Mochtar Lubis serta fotografer Frans Mendoer cs dari IPPHOS. Belanda juga menurunkan wartawan-wartawan seperti Hasselman dan Charles Brejer. Nama terakhir merupakan fotografer yang paling banyak mengambil gambar yang melukiskan situasi-situasi perang di Jawa, termasuk sisi manusiawinya. Fotografer asal Prancis Henri Cartier Bresson juga termasuk ciamik merekam situasi-situasi Indonesia pasca proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan salah satu essai foto-nya di Majalah LIFE berjudul ” Young Men Are Both The Peril and The Hope” termasuk salah satu laporan paling legendaris mengenai Indonesia era revolusi. Tak kalah dengan para jurnalis tersebut, pada
Read MorePerjudian Politik Bernama Renville
Saat disebut nama “Renville”, wajah Letnan (Purnawirawan) Alleh (90) yang semula sumringah tiba-tiba berubah menjadi muram. Sorot matanya yang riang seketika menajam. “Perjanjian sialan! Karena perjanjian itu, hidup kami banyak berubah…” kata mantan petarung dari Divisi Siliwangi dalam nada pahit. Sesungguhnya bukan hanya hanya Alleh yang merasakan hal demikian. Para petinggi Divisi Siliwangi seperti almarhum Letnan Kolonel Kawilarang saat itu juga merasakan hal yang sama terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dari Pejanjian Renville antara Indonesia dengan Belanda. “…Tiba-tiba kami mendengar tentang adanya Perundingan Renville yang menyebabkan kami harus hijrah. Bukan main bencinya saya. Seperti tersambar halilintar di siang bolong rasanya. Tetapi sebagai tentara, kami harus tunduk kepada perintah atasan…” ujar Komandan
Read More