HIKAYAT NUSANTARA
Pembersihan Pasca Peristiwa Tanjung Priok
NERAKA itu menghampiri A.M. Fatwa tepat seminggu setelah insiden berdarah di Tanjung Priok. Didampingi pengacaranya, lelaki asal Bone tersebut tengah diperiksa polisi ketika beberapa petugas dari Satuan Intel (Satuan Tugas Intelijen Khusus ABRI) langsung menyeretnya. “Pengacara saya diancam saat akan mendampingi saya,” ujar Fatwa. Fatwa dibawa ke markas CPM di Jalan Guntur, Jakarta. Dia diperlakukan tanpa mengenal kemanusiaan: dipukuli, disimpan dalam sel penuh air kencing, dihina dan dilarang mengaji serta salat lima waktu. Setelah puas memperlakukannya secara biadab, Satsus Intel membawa Fatwa dengan tangan terbelenggu ke Rumah Tahanan Militer Cimanggis, Depok. “Di sanalah saya bergabung dengan sekitar 200 orang tahanan kasus Tanjung Priok yang kebanyakan menderita luka-luka akibat tembakan,” tutur
Read MoreRESENSI
Kisah Soedirman Berwajah Indo
Sebuah film tentang jenderal Indonesia legendaris yang (mungkin) dikerjakan secara terburu-buru. Pengepungan itu berlangsung sangat mencekam. Ratusan prajurit dari Pasukan Khusus Komando (KST) militer Belanda bergerak pelan namun pasti ke arah rumah kecil di tengah hutan yang ditempati “Panglima Besar Jenderal Soedirman” dan para pengikutnya. Tak ada jalan keluar. “ Tenanglah,” bisik seorang lelaki “berwajah Indo” yang kepalanya dibalut kain blangkon, coba mengatasi kepanikan para anak buahnya. Dengan berat hati, saya harus menyatakan aktor Adipati Dolken yang memerankan Jenderal Soedirman lebih mirip sinyo yang tengah menyamar dibanding sosok Sang Panglima Besar tersebut. Selain wajahnya yang terlalu kebule-bulean, sikap Dolken juga jauh dari gerak-gerik seorang tentara. Salah satu buktinya, sikap hormat
Read MoreRekam Jejak Desersi Nippon
Sebuah memoir pertama dari seorang tentara Jepang yang memilih berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Sarat dengan kisah-kisah kepahlawanan yang membahana. Tahun 2001, dunia sinema tanah air pernah diramaikan dengan munculnya Merdeka 170845. Film yang merupakan produksi bersama Tokyo Film Production dan Rapi Film itu, berkisah tentang dua serdadu Jepang yang membelot dan berpihak kepada perjuangan orang-orang Indonesia. Namun di tanah air sendiri, peredaran film tersebut justru terjegal. Pemerintah Indonesia tidak berkenan karena menilai beberapa adegannya merendahkan harga diri bangsa. Dan belakangan banyak juga kritikus film curiga, Merdeka 170845 tak lebih sebagai upaya membangkitkan kembali semangat chauvinism oleh kelompok kanan di Jepang. Kini sesudah sepuluh tahun terjegalnya Merdeka 170845, kisah yang sama
Read MoreMitologi atau Kenyataan?
Sebuah buku yang dituduh penuh dengan mitos TAHUN 1990-an, penyair W.S. Rendra pernah membuat sebuah puisi berjudul Demi Orang-Orang Rangkasbitung. Puisi yang ditulis di Bojonggede pada hari kelima bulan November tersebut, berkisah tentang curahan hati imajiner seorang asisten residen mengenai kondisi sosial politik saat itu di Indonesia (tahun 1990-an) yang dinilainya tidak berbeda dengan situasi Keresidenan Lebak di abad 19: penuh penindasan terhadap rakyat kecil. Sejatinya puisi Rendra yang kerap dibacakan dalam berbagai demonstrasi mahasiswa era Orde Baru tersebut terinspirasi dari Max Havelaar. Itu nama sebuah novel karya Multatuti (nama pena Eduard Douwes Dekker), yang diterbitkan pertama kali pada 1860 di negeri Belanda. Eduard sendiri merupakan mantan Asisten Residen Lebak
Read MoreTELUSUR
BINCANG
Prof. Dr. Anhar Gonggong : Kita Amnesia Sejarah, Pancasila Masih Sebatas Slogan
Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah titik kulminasi perjuangan bangsa untuk membentuk negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat. Munculah semangat nasionalisme, persatuan-kesatuan diikat oleh dasar Pancasila. Lahirnya Pancasila, diambil dari pidato Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Junbi Cosakai) pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidato itulah konsep dan rumusan awal Pancasila pertama kali dikemukakan sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Namun, sepanjang sejarah, Pancasila selalu diuji, dirongrong oleh berbagai ideologi lain. Tetapi Pancasila selalu tegar dikukuhkan faktor sejarah satu tanah air, satu bahasa, satu bangsa. “Bangsa ini seringkali mengalami amnesia sejarah. Kemerdekaan di tahun 45-an berhasil ditegakkan, tetapi perjuangan kita belum usai. Justru saat menjadi bangsa merdeka itulah
Read MoreAgus Sunyoto: Mitologisasi Wali Songo itu Ulah Belanda
Usai menamatkan buku Ensiklopedia Islam, hati Agus Sunyoto tiba-tiba tersentak. Dalam buku yang diterbitkan oleh Ikhtiar Baru Van Houve tersebut, ia sama sekali tak menemukan satu pun kata yang menyebut Wali Songo. Ingatannya kemudian melayang kepada sebuah buku lain berjudul Walisanga Tak Pernah Ada? karya Sjamsudduha, yang pernah dibacanya beberapa waktu sebelumnya. “Saya pikir adalah ahistoris, kalau ndak mau saya bilang naif, saat kita membahas perkembangan Islam di Indonesia, sama sekali tidak menyebut nama Wali Songo”, ujar sejarawan kelahiran Surabaya, 57 tahun yang lalu itu. Istilah wali songo memang kadung dimengerti oleh sebagian besar masyarakat Islam Indonesia hanya sebagai mitologi. Itu setidaknya tercermin dari cerita-cerita yang berserakan di kalangan masyarakat yang hanya mengidentikan
Read MoreHerman O. Lantang: Soe Hok Gie Tidak Suka Pengkultusan
DI USIANYA yang sudah melebihi angka 70, Herman Onesimus Lantang masih terlihat segar dan bersemangat. Maklum, lelaki Minahasa yang memiliki sorot mata tajam itu, hingga kini masih betah mengakrabi hobinya di masa muda: naik gunung. Bahkan bukan saja dalam aktivitas, gaya bicara opa satu ini masih meledak-ledak, cuek dan egaliter, sebuah sikap khas aktivis pecinta alam. Herman memang tidak setangkas dulu lagi. Jalannya sekarang agak pelan. Dalam sebuah pendakian beberapa waktu lalu, ia jatuh hingga menyebabkan kaki sebelah kirinya patah. “Ya beginilah gua sekarang, sementara ini kemana-mana harus pake tongkat,” kata mantan Ketua Mahasiswa Pecinta Alam UI dan bekas Ketua Senat Fakultas Sastra UI era 60-an itu. Banyak orang mengatakan,
Read More